Persoalan Dalam Mencetak Buku
Dicetak atau diprint, apalah itu istilahnya, bukanlah perkara mudah untuk menjelaskannnya. Dalam mencetak tidak melulu langsung cetak begitu saja. Kalau langsung mencetak tanpa mengkoreksi filenya terlebih dahulu, alih-alih ingin cepat selesai malah buku menjadi berantakan tidak karuan.
Yup, mencetak buku bukanlah persoalan beruntung. Kalau hasilnya bagus bukan berarti karena Dewi Fortuna sedang bertengger didekat anda loh. Apalagi setiap file naskah tidaklah dalam kondisi yang sama. Ada berbagai persoalan dalam proses pembuatan sebuah buku yaitu :

1. Font Berubah (missing font)
Missing font adalah masalah yang paling umum, apalagi yang menggunakan purna rupa font dalam penulisan sebuah buku. Kalau lupa di embedded pada file PDF-nya, maka yang terjadi tidak semua jenis Font dapat tercetak.
Hal yang perlu digarisbawahi meski dalam file PDF-nya semua terlihat sudah pas tidak ada font yang hilang, pas dicetak pas dicetak bisa hilang loh, karena fontnya tidak tersedia dikomputer tukang cetaknya.
Solusinya pastikan font sudah ter-embed pada file anda.
2. Warna Tidak Pas
Nah bicara warna agak kurang PD nih, terlebih terbiasa cuma cetak hitam putih saja. Sebenarnya masalah warna sering terjadi, karena perbedaan tekstur kertas, yang dapat menyebabkan perbedaan daya serap tintanya.
Sekali-kali tengoklah tukang cat rumah bagaimana mereka bekerja, pada sisi-sisi tertentu, warna putih cat tidak maksimal, dibanding dengan sudut dinding yang lain. Pada bagian tembok kelembaban tinggi, pasti warna catnya kurang pekat.
Seperti inilah yang terjadi pada isi buku, khususnya antara book paper dan HVS. Warnanya sama tapi karena daya serap tinta dan warna dasar kertas berbeda, hasilnya akan berbeda. Jangan harap kertas book paper hasilnya berwarna pekat, kecuali pakai print laser, pasti hasilnya sama saja, kalau printer laser kan tintanya menempel tuh, bukan menyerap.
3. Kualitas Kertas Menurun Tiap Tahunnya.
Sebagai orang yang sering memakan asam garam pulp kertas. Tentu tahu sedikit mengenai kualitas kertas makin tahun makin turun. Mulai dari serat kertasnya hingga ketebalannya.
Ketebalan yang paling terasa menurun. Pernah berberapa kali mencetak ulang buku dengan judul yang sama, sangat merasakan ketebalan kertas menurut sedikit.
Lah wong kemarin mencetak ulang buku yang sama, tadinya tebal buku 2 cm sekarang jadi 1.9 cm buku. Sedikit sih, tapi kalau sampai 2 mm itu namanya kebangetan.
Belum lagi, bicara kekakuan kertas art carton. Kalau dahulu kertasnya sudah tebal dan kaku pula, sekarang jadinya kurang tebal dan agak lemas.
4. Waktu Yang Kepepet.
Bikin buku tidaklah sebentar, bisa makan waktu 3-4 hari (itu kalau kita yang buat). Tidak bisa cepat? Ya susah juga jawabnya.
Seringnya, sudah waktunya besok hari buku itu harus tercetak. Barulah kita mencari percetakan buku.
Percetakan Buku itu sebenarnya berbeda dengan Print Shop atau Tempat Fotocopy, meskipun beberapa tempat tersebut mampu mencetak buku dalam satu waktu, namun segi biaya cukup fantastis.
Nah mengenai proses mencetak beberapa judul buku dalam satu waktu itu agaklah rumit. Pertama buku di layout pra cetak dahulu, kedua proses cetak, ketiga penjilidan, keempat packaging.
Kalau cuma 1 judul buku yang dikerjakan oleh Percetakan Buku perhari ya bisa cepat, tapi kalau mereka ada 50 judul buku saja perhari, pastilah susah mengatur proses cetak semua buku itu
Akhirnya
Yang paling penting sih kita harus memahami bagaimana cara mencetak buku, agar tidak terjadi kesalahan fatal. Terlebih buku terdiri dari susunan beberapa halaman, salah satu halaman saja, bisa merevisi seluruh halaman buku loh.
Semua permasalahan diatas adalah hal yang paling umum dihadapi dalam mencetak buku. Sebenarnya masih banyak lagi masalah dalam mencetak buku yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu, kurang lebihnya kami mohon maaf.
Lihat Juga : Standar Ukuran Buku.